Sahabat
Kedelapan,
Kucoret-coret dengan beberapa qoutes ecek-ecekan. Bruk!suara tumpukan buku mengagetkanku seketika itu juga. Kamu datang dan langsung merebahkan tubuhmu diatas meja. Aku kaget bukan kepalang. Kutengok wajahnya perlahan. Tertidur. Aku meletakan secarik kertas tepat didepan wajahnya. Afwan. Aku takut bukan main. Selama pelajaran berlangsung.... Aku diam seribu kata maupun bahasa. Tak ada obrolan sedikitpun diantara kita. Srek, srek, srek. Suara pulpen mengalihkan pandanganku. Kamu mecoba membuka buku tulis bagian belakang dan mulai menuliskan sesuatu. Aku tidak ingat apa yang kamu tulis. Intinya, Aku sebagai sahabatmu telah menyakiti hatimu. Aku diam lagi. Hingga pulang. Aku berjalan disampingmu dengan muka tertunduk. Takut. Diam menjadi status kita hari ini. Aku mencoba membujukmu. Mungkin, ini bisa sedikit membuat suasana yang panas ini menjadi padam. “Hey!!”ujarku penuh antusias. Kamu tak mengubris sedikitpun. “Coba ceritaiin apa yang udah terjadi!”Kamu berkata dengan nada pelan. Aku mencoba menceritakan semua yang telah terjadi. Menurutku, itu alasan yang masuk akal. “Aku ga salah kok,,itu salah paham”itu ucapan terakhir yang kuucapkan setelah itu. Kamu diam sambil menelaah ceritaku. Aku menunduk penuh harap agar kamu memaafkanku. Kamu mendorong punggungku. Dan tertawa. Sungguh, itu konyol. Aku yakin kamu percaya padaku. Dan setelah itu, suasana tak menjadi tegang. Aku kembali bercengkrama dan bergurau. Itu mungkin, jadi pelajaran penting bagiku dalam dunia persahabatan. Aku berjanji kesalahan ini tak akan kuulangi kedua kalinya.
Tapi, tak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
|