Sahabat
Ketujuh,
Aku berlarian mengejar ustadzah yang siap menerima hafalan
dari muridnya.
Tiba-tiba kerudung putih rendaku serasa ada yang mejambak dari
belakang.
Aku memutarkan badanku sekitar 180 derajat celcius.
“Anti bilang
apa!”. Aku kaget bukan kepalang.
Kamu membentakku ditengah jalan dengan nada
ketus.
Aku menggeleng dan langsung memegang tanganmu.
“Kenapa?bilang apa?Ana ga
tau apa-apa.”
Aku takut, merinding, dadaku berdebar dengan cepat.
“Alah, ngga
usah boong!dasar ember, anti bilang apa ke anak kamarku! ternyata ya selama
ini,”Kamu meninggalkanku sambil terisak.
Aku ingin mengejar tapi aku takut.
Aku
yang tadinya ingin setor hafalan ke ustadzah, mengurungkan niatku.
Aku langsung
duduk menyadar tiang dekat rak buku yang ada di kantor cabang.
Aku mencoba
mengingat kesalahanku yang berhubungan dengan anak kamarnya.
Aku menyeka
airmataku dan langsung berlari mencari anak kamarnya.
Kutemukan anak kamarnya
sedang belajar didepan Student Computer Center.
Aku langsung membentak “Ana
bilang apa?Kapan ana ketemu kalian?”aku membentak mereka dengan nada keras.
Bisa kubayangkan kembali saat itu, wajah mereka yang bersalah tapi takut untuk
mengakui kesalahannnya. Aku geram bukan main.
“Eh,,anti kan bilang kalau dia
punya hukuman jadi jasusah lughoh kan?”jawab salah satu dari mereka.
“Kapan?dimana?” tanyaku geram sambil mengingat-ingat kejadian yang lalu.
“Disini!hari Sabtu!”salah satu anak kamar menentang dengan keras.
Aku memutar
memori fikiranku yang cukup kacau dengan perihal-perihal buruk disekitarku.
“Ingat gak?”tanya mereka meremehkan.
Aku meninggalkan mereka sambil menangis
terisak menuju kamarku.
Kulihat kamu diseberang melihatku tapi saat kulihat
kamu mengalihkan pandanganku.
Hey!Kamu kenapa? Aku mencoba terus
mengingat-ingat.
Oiya Aku ingat. Aku bertemu mereka di hari Sabtu saat aku
ingin pergi ke Student Computer Centre, aku ingat aku mengobrol dengan mereka,
tapi seingatku kembali, kamu baru memberi tahuku tentang iqob jasusah
saat hari Rabu.
Kapan aku bertemu mereka lagi?Setelah itu, aku ingat ini
mungkin salah paham.
Mereka mendengarnya, dari orang lain bukan dariku.
Aku
yakin seyakin-yakinnya.
Jujur, aku orangnya ceplas-ceplos.
Kadang rahasia dari
temenku lain, kubocorkan, tapi aku tidak sadar.
Tapi saat rahasia dari
kamu, aku pegang erat-erat sama seperti aku memegang balon agar tidak lepas
dari genggamannya.
Itu sahabat terbaikku.
Kalau aku membocorkan berarti
aku telah mengkhianati sahabatku.
Jujur, aku tak ingin ada pertengkaran
diantara kita.
Aku mencoba mengatur napasku setelah tangisan itu jatuh terus
dari mataku.
Mataku sembab.
Terlihat sekali wajahku setelah menangis.
Aku
berdiri ditengah lalu lalang temanku. Aku disini.
Sampai membuatmu terlena
dengan ramahku sendiri. Baiklah,aku pun akan menjelaskan yang
sebenarnya.
|