HOME ABOUT Me! FRIENDS STUFFS FOLLOW DBOARD NEWER OLDER

Sahabat
Kamis, 16 Mei 2019 - Permalink - 0 Aisy(s)

Ketujuh,

Aku berlarian mengejar ustadzah yang siap menerima hafalan dari muridnya.
Tiba-tiba kerudung putih rendaku serasa ada yang mejambak dari belakang.
Aku memutarkan badanku sekitar 180 derajat celcius. 
“Anti bilang apa!”. Aku kaget bukan kepalang. 
Kamu membentakku ditengah jalan dengan nada ketus. 
Aku menggeleng dan langsung memegang tanganmu. 
“Kenapa?bilang apa?Ana ga tau apa-apa.” 
Aku takut, merinding, dadaku berdebar dengan cepat. 
“Alah, ngga usah boong!dasar ember, anti bilang apa ke anak kamarku! ternyata ya selama ini,”Kamu meninggalkanku sambil terisak. 
Aku ingin mengejar tapi aku takut. 
Aku yang tadinya ingin setor hafalan ke ustadzah, mengurungkan niatku. 
Aku langsung duduk menyadar tiang dekat rak buku yang ada di kantor cabang. 
Aku mencoba mengingat kesalahanku yang berhubungan dengan anak kamarnya. 
Aku menyeka airmataku dan langsung berlari mencari anak kamarnya. 
Kutemukan anak kamarnya sedang belajar didepan Student Computer Center. 
Aku langsung membentak “Ana bilang apa?Kapan ana ketemu kalian?”aku membentak mereka dengan nada keras. 
Bisa kubayangkan kembali saat itu, wajah mereka yang bersalah tapi takut untuk mengakui kesalahannnya. Aku geram bukan main. 
“Eh,,anti kan bilang kalau dia punya hukuman jadi jasusah lughoh kan?”jawab salah satu dari mereka. 
“Kapan?dimana?” tanyaku geram sambil mengingat-ingat kejadian yang lalu. 
“Disini!hari Sabtu!”salah satu anak kamar menentang dengan keras.
 Aku memutar memori fikiranku yang cukup kacau dengan perihal-perihal buruk disekitarku.
 “Ingat gak?”tanya mereka meremehkan. 
Aku meninggalkan mereka sambil menangis terisak menuju kamarku. 
Kulihat kamu diseberang melihatku tapi saat kulihat kamu mengalihkan pandanganku.  
Hey!Kamu kenapa? Aku mencoba terus mengingat-ingat. 
Oiya Aku ingat. Aku bertemu mereka di hari Sabtu saat aku ingin pergi ke Student Computer Centre, aku ingat aku mengobrol dengan mereka, tapi seingatku kembali, kamu baru memberi tahuku tentang iqob jasusah saat hari Rabu. 
Kapan aku bertemu mereka lagi?Setelah itu, aku ingat ini mungkin salah paham. 
Mereka mendengarnya, dari orang lain bukan dariku. 
Aku yakin seyakin-yakinnya. 
Jujur, aku orangnya ceplas-ceplos. 
Kadang rahasia dari temenku lain, kubocorkan, tapi aku tidak sadar. 
Tapi saat rahasia dari kamu, aku pegang erat-erat sama seperti aku memegang balon agar tidak lepas dari genggamannya. 
Itu sahabat terbaikku. 
Kalau aku membocorkan berarti aku telah mengkhianati sahabatku. 
Jujur, aku tak ingin ada pertengkaran diantara kita. 
Aku mencoba mengatur napasku setelah tangisan itu jatuh terus dari mataku. 
Mataku sembab. 
Terlihat sekali wajahku setelah menangis. 
Aku berdiri ditengah lalu lalang temanku. Aku disini.
Sampai membuatmu terlena dengan ramahku sendiri. Baiklah,aku pun akan menjelaskan yang sebenarnya.