Sahabat
Keempat,
Sejak itu. Aku dekat. Aku jadi teman bangkumu.
O,iya namaku
‘Uty Aisy’ telah tersebar di semua temanku.
Mereka selalu bertanya Kok bisa?.
Aku terkekeh.
Berpuluh-puluh orang menanyakan namaku itu.
Berkatmu, Aku
tekenal. Sungguh.
Aku mencoba menjelaskan asal-asul dari nama itu sampai aku
membuka workshop kecil-kecilan. Percaya? Tak mungkin. hidupku berada di penjara
suci yang tak bisa melakukan hal konyol seperti itu.
Lanjut, Aku dekat
denganmu. Maen bareng. Duduk bareng. Jajan Bareng.
Aku nyaman denganmu. Kamu
pun begitu?Aku tak tau.
Aku berharap rasanya sama. Sama-sama coklat ataupun
stroberi.
Sejak itu, aku menggagapmu sebagai sahabat. Kamu juga begitu. Aku
sakit kamu menjenguk.
Sampai waktu, kamu sakit aku tak percaya.
Kamu adalah
orang yang menurutku cukup kuat.
Saat anak kamarmu bilang. Beneran! Aku
kaget.
Aku segera merogoh uangku dan menuju toko roti. Aku menuju kamarmu.
Somalia kamar 4.
Kamu sedang dipijet. Aku tertawa terbahak-bahak.
Kok bisa? Aku
menyelipkan kertas sobekan yang sudah
kutulis di kamarku tadi.
Get well soon, ngep!
|